Lelaki
ceking dengan kulit hitam legam akibat terbakar sinar matahari itu
menatap dompet lusuh yang ada di tangannya. Berulang kali ia mengusap peluh yang
mulai membanjiri dahinya.
“Selamat ya, To. Wah, mungkin kamu
sudah bosan ya tiap tahun kukasih selamat,” ucap Mardi tergelak.
Ucapan sahabatnya dari bilik becak
itu hanya ditanggapi dingin oleh Yanto. Dia lantas menarik becaknya. Mengayuhnya
gontai untuk menemui sang istri yang pasti sudah cemas menunggunya.
“Bagaimana, Pak?” tanya sang istri
di pembaringannya.
Yanto tak menjawab. Matanya berlompatan
memandang sang istri dan bayi merah di sampingnya. Dia tak tahu lagi bagaimana
harus membayar persalinan anak kesebelasnya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar