Judul : Ngeri-Ngeri Sedap
Penulis : Bene Rajagukguk
Editor : Syafial Rustama
Penerbit : Bukune
Tahun Terbit : Oktober, 2014
Tebal : vi+206 halaman
Dilihat dari covernya yang rame dan adanya wajah penulis, sangat mudah dikenali jika buku ini pastilah bergenre personal literature, yang mungkin akan membawa para pembacanya ngakak kayang, seperti buku bergenre sejenis. Apalagi penulisnya, Bene Rajagukguk, adalah jebolan SUCI 3 yang pasti tingkat kelucuannya tak diragukan lagi.
Apa yang sebenarnya ingin
diceritakan penulis di sini? Mudah, silakan saja baca blurbnya, karena pembaca
akan langsung tahu jika penulis ingin menceritakan pahit manis hidupnya sebagai
pemuda Batak yang mencoba menaklukkan dunia.
Terlihat sederhana ya ceritanya?
Eits… tunggu dulu, karena di buku ini banyak pelajaran hidup yang diceritakan
penulis lewat Mamak, Bapak dan orang-orang di sekitarnya. Gaya bahasanya ringan
dan mengalir. Sarat pesan namun tak terkesan menggurui, karena diselingi humor
yang membuat aku bisa ngakak brutal namun tetap tak menghilangkan makna yang
ingin disampaikan oleh penulis.
Dengan tebal 206 halaman, aku
hanya perlu sekali duduk untuk melahapnya, karena memang untuk menghabiskan buku
ini tak perlu mengerutkan dahi , seperti mengerjakan soal integral. Buku ini
diawali dengan Selayang Pandang yang menceritakan secara singkat tentang
penulis yang amuba –asli muka batak—ini. Lalu, disusul dengan bab Mamak
Lawak-Lawak –judul bab yang konon katanya adalah judul awal yang diajukan penulis
untuk buku pertamanya ini--. Dalam bab ini, penulis menceritakan Mamaknya yang
unik dan pelitnya minta ampun.
“Mak,
bentar dulu,” aku memotong cerita Mamak. “Mamak salah nelepon ini. Ini nomor
aiemtri Mamak telepon. Habislah nanti pulsa Mam—“
Tuuuttt…
Tuuuttt… Tuuuttt… Telepon diputus.
Beberapa
menit kemudian Gita SMS.
“Mampus
kau, Bang. Mamak marah. Kenapa kau nggak langsung bilang kalo Mamak salah
nelepon. Habis pulsanya sepuluh ribu. Katanya mau dipotong Mamak uangmu untuk
bulan depan …”
Membaca
cerita tersebut, aku langsung guling-guling. Omaigaaatt!! Padahal cuma sepuluh
ribu dan dipakai untuk nelepon anaknya sendiri, tapi kok sampai segitu reaksi
Mamaknya, haha.. *ngakak lagi sambil ngemut lollipop*. Tapi nanti di akhir
cerita, kita akan tahu alasan kenapa Mamak Bang Bene ini pelitnya kagak
ketulungan.
Ada
lagi bab yang ceritanya unforgettable banget, judulnya Air Susu Dibalas dengan
Air Susu. Dalam bab ini, Bang Bene menceritakan tentang pengalamannya saat
wisuda. Dari mengatur jadwal kedatangan Mamak dan Bapak karena saat itu ada
bencana Gunung Kelud, hingga pengumuman jika Bang Bene adalah … Ah baca sendiri
deh! Pokoknya pada bab ini, semangatku yang tahun depan akan jadi mahasiswa
baru langsung melecut.
Ada
juga bab yang membahas seputar Batak dan tetekbengeknya, judulnya Mengenal
Batak. Melalui bab ini, aku jadi tahu istilah-istilah serta adat istiadat dalam
suku Batak. “Padat gizi” banget bukunya. Ditambah dengan ilustrasi gambar yang
kece di dalamnya, buku ini semakin renyah dan nyaman untuk dinikmati.
Namun,
di balik sedapnya buku ini, tetap masih ada kekurangannya. Di antaranya,
beberapa kesalahan penulisan dan ada pengulangan di halaman 137 dengan 138. But
overall, buku ini tetap recommended bagi siapapun yang sedang merasakan
Ngeri-Ngeri Sedap di hidupnya. Selamat menikmati sedapnya Ngeri-Ngeri Sedap!
Memang, menerima jalan Tuhan butuh waktu.
Tapi, perlahan, orang akan sadar dan menemukan jawaban. Walaupun penuh twist
dan kejutan, scenario Tuhan memang menakjubkan. (hal. 205)